Minggu, 11 September 2011


Deli Serdang , Simalungun dan Langkat Gudang Anak Buta Huruf
Sebanyak 213.138 anak di Sumut mengalami buta huruf. Jumlah tersebut tersebar di 33 kabupaten kota dengan jumlah terbanyak ditemukan di  Kabu­paten Deli Serdang, 24.591 anak. Disusul, Kabupaten Asa­han  mencapai 24.558 anak,Nias Selatan 23.740 anak, Sima­lungun 21.807 anak, Kabupaten Langkat 20.694 anak. Hal tersebut dikatakan Kepala Bidang Pen­didikan non Formal, In­formal dan PAUD Dinas Pen­di-dikan Su­mut, Bambang Siswanto SE didampingi staf Nazaruddin Po­han, di ruang kerjanya Jalan Cik Ditiro, Kamis (8/9).

Disebutkan Bambang, angka buta huruf ini berdasarkan data tahun 2010. Sementara untuk tahun 2011 ini, masih dalam tahapan proses pendataan. Di­rincikannya, dari 213.138 anak yang buta huruf tersebut berusia antara 15 tahun hingga 24 tahun. Dari jumlah ini, sebanyak 121.700 yang buta huruf tersebut, merupakan anak perempuan. Sisanya, 91.438 anak laki-laki yang mengalami putus sekolah.

Dijelaskan Nazaruddin, anak-anak yang buta huruf ini, mayoritas terdapat d ikawasan perkebunan dan juga tepi pantai. Sementara penyebabnya, anak-anak buta huruf ini, dika­renakan mereka putus seko­lah sebelum kelas empat sekolah dasar. "Penyebabnya putus se­ko­lah dan tidak mau seko­lah," jelasnya.

Di samping itu, juga karena faktor ekonomi keluarga. "Sedang­kan pengaruh lingku-ngan, yang menyebabkan anak putus sekolah sangat rendah," katanya. Dalam upaya membe-rantas angka buta huruf ini, disebutkannya, salah satu kendala terberatnya disebabkan enggannya sasaran untuk mengakui atau malu jika dia buta huruf.

Selain itu, kendala lainnya, disebabkan sasaran yang berpindah-pindah karena faktor kemiskinan. Di samping adanya harapan masyarakat yang buta aksara ini, untuk mendapatkan kontribusi jika mengikuti program pemberantasan buta ak­sara ini.

Disebutkan Bambang, lang­kah-langkah yang dilakukan pi-haknya untuk memberantas kemiskinan ini sudah terbilang maksimal. Melalui program keaksaraan yang diperuntukkan bagi anak-anak yang buta huruf murni.
"Polanya dan upaya yang kita lakukan sudah cukup maksimal.
Tapi respon dari masya­ra­katnya yang rendah ma­sih," katanya, hal ini juga didukung dengan program pendidikan anak usia dini (PAUD) di 2010 yang mencapai 1.569.483 anak di Sumut.

Sementara pemerintah pada akhir Oktober atau diawal November mendatang akan melaksanakan peringatan hari aksara yang jatuh pada 8 September ini, di Kabupaten Batubara.

Secara terpisah, pengamat pendidikan menilai, Prof Syawal Gultom menilai sejauh ini Dinas Pendidikan Sumut belum maksimal dalam upaya menuntaskan buta huruf ini."Masih belum maksimal. Kurang strategi. Demikian juga pemberdayaan potensi yang ada," kata mantan Rektor Universitas Negeri Medan ini. Sementara persoalan dana dan geografis merupakan tantangan yang harus dihadapi.

Menurutnya, bagaimana melakukan pendidikan kecuali memperoleh keterampilan. Dengan menghasilkan produk dan jasa, hanya bisa dilakukan dengan bisa membaca dan menulis.

"Jika tidak, tidak mungkin mungkin bisa menghasilkan. Memang harus dilakukan strategi yang simultan," tandasnya seraya menegaskan, bangsa yang melek huruf akan lebih produktif. Dan angka buta huruf ini sangat memungkinkan untuk dituntaskan jika terus didorong, dengan menggunakan strategi serta memberdayakan pihak-pihak lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar